BBM CHANNEL

Wednesday, March 21, 2012

WORLD AMATEUR RADIO DAY ( PART 2 )

MONITORING

Segi lain, tenaga ahli yang juga dibutuhkan adalah tenaga ahli “NGUPING” alias monitoring. Pada saat itu tenaga ahli untuk mendeteksi jaringan komunikasi musuh, sangat kurang. Sektor ini akhirnya menjadi tempat panyaluran bagi para amatir radio yang ternyata, bukan cuma mampu “nguping” saja, tapi diberbagai monitoring, telah berhasil memecahkan sandi-sandi rahasia musuh.
Tercatat hampir 4000 orang amatir radio terjun kedalam satuan satuan komunikasi militer. Rata-rata mereka sudah dalam keadaan “siap pakai”, baik kererampilan teknik maupun kode “morse”. Tidaklah mengherankan bahwa beberapa dari mereka, seusai perang masih tetap bertugas pada dinas-dinas telekomunikasi. Banyak pula yang menjadi pejabat-pejabat Postel, bahkan menjadi pejabat di ITU (International telecommunication Union).

KONSOLIDASI

Tahun 1918, perang telah usai. Berbagai rasa suka cita muncul pada waktu itu, bahkan ungkapan ungkapan kegembiraan muncul dalam bentuk poster-poster “The war is over well done) atau perang telah usai selamat atas prestasi yang telah dicapai kepada para amatir radio atas partisipasi serta darma baktinya semasa perang. Para Amatir radio yang telah ikut andil dan berjasa dalam fase ini, mulai membuka kembali lemarinya masing-masing dan mengelurkan peralatan pemancarnya yang selama ini disimpan serta bersiap-siap untuk mengudara sambil menunggu pencabutan larangan mengudara sejak tahun 1914.
Setelah menunggu cukup lama, namun larangan juga belum dicabut, para amatir radio beramai-ramai mengajukan haknya untuk “boleh mengudara”. Setelah melalui berbagai jalur yang birokratis, pada akhirnya ijin diberikan kembali bagi amatir radio untuk mulai ber-eksprimen. Dapat dibayangkan, betapa ramainya udara saat itu setelah hampir lima tahun berpuasa.
Akan tetapi luka-luka sisa perang tidak mudah untuk dibenahi. Hal ini terlihat khususnya dibenua Eropa, lokasi dimana perang berkecamuk. Setelah perang, banyak pemerintah di-Eropa yang masih berkeberatan untuk mengeluarkan lagi ijin bagi amatir radio. Masalahnya jelas : securiti negara!. Negara-negara di-Eropa pada saat itu masih saling curiga satu sama lain, sedangkan batas antar negara yang saling berdekatan telah membuat pemancar lebih efektif dari pada hubungan telepon antar negara. Pada saat itu untuk mengawasi seluruh band frekuensi sangat sulit karena minimnya alat monitoring yang ada. Perang telah memberikan pelajaran kepada setiap negara, bahwa “radio adalah bagai pisau bermata dua”. Satu fihak merupakan alat perhubunga yang vital, sedangkan dilain fihak dapat digunakan untuk gerakan-gerakan separatis atau gerakan illegal lainnya yang dpat membahayakan ketahanan suatu negara.

73 de YB4BAT
Sumber : ARRL BROCHURE





No comments:

Post a Comment